Mencari Guru Sejati

Ada sebuah ceritra tentang seorang murid yang mencari Guru Sejati. Dia pergi berkeliling negeri. Pada suatu hari dia mendengar berita bahwa disebuah desa tua ada seorang Guru Sejati yang telah mencapai kesempurnaan. Namun untuk sampai ke desa tua itu sangatlah sulit Perjalanannya melewati lembah-lembah yang curam dan lereng-lereng gunung yang terjal menjulang tinggi. Dan katanya ada banyak setan dan jin pemangsa manusia di sekitar hutan dan gunung itu. Sungguh suatu perjalanan yang beresiko tinggi.



Tetapi karena kemauannya yang kuat diapun pergi mengunjungi desa tua itu. Ketika sampai, diapun langsung mendatangi tempat tinggal Sang Guru. Sesampainya di tempat sang Guru dia dipersilahkan untuk duduk menunggu barang sepuluh menit, karena sang Guru sedang pergi kesungai. Namun dia tak mau menunggu begitu lama, maka pergilah dia menyusuri tepi sungai agar segera dapat bertemu sang Guru.

Di tepi sungai dia melihat seorang tua yang sederhana, sedang
duduk menatap aliran sungai. Dalam hati dia bertanya, "Inikah Guru yang aku cari?"

Sambil menjatuhkan diri diapun berkata, "Maaf Guru, murid mengganggu ketenangan Guru".
Si orangtua menengok seraya berkata, "Tidak ada yang mengganggu pun yang terganggu, duduklah anakku". Diapun duduk menghadap sang Guru dan memohon, "Guru yang
Agung, mohon berilah murid petunjuk tentang kesempurnaan yang telah Guru
ketahui!"

"Anak yang baik, ini bukanlah saat dan tempat yang tepat, tunggulah dipondok, sepuluh menit lagi aku akan kembali." "Oh maaf Guru, hamba tak dapat menunggu begitu lama, siapa
tahu lima menit lagi dunia kiamat."

Si orang tua tersenyum melihat semangat anak muda ini. Dengan kewaskitaannya dia melihat anak muda ini akan segera meninggal dunia dalam beberapa saat, oleh kelainan jantung pada dirinya. Maka orangtua itu berkata, "Baiklah jika itu yang kamu kehendaki, dengarkanlah baik-baik!"

"Jika kamu melihat, hanyalah melihat saja." "Jika kamu mendengarkan, semata-mata hanyalah mendengar." "Jika kamu mencium, hanyalah mencium, dan jika kamu merasakan, hanyalah merasakan semata."

Demikianlah dari pelajaran yang singkat ini, sebelum ajalnya tiba si murid yang cerdas itu tercerahkan.

Mungkinkah hanya dari pernyataan singkat itu simurid bisa memperoleh pencerahan? Mungkin saja, seperti halnya biji kecipir yang betul-betul telah matang dan kering terbungkus didalam kelopaknya. Ketika kena air hujan, kelopak pembungkusnya pecah dan bijinya terlepas. Sebelum
dia menerima pelajaran diatas, dia tentu telah banyak mengisi diri dengan belajar dan belajar. Tak ada waktu dan hari tanpa belajar, sehingga dia sampai pada tingkat inteligensi tertinggi, tingkat kematangan, kedewasaan batin. Ketika akhirnya diguyur oleh intisari kebenaran, dia langsung meledak bebas.

Kalau kita mengamati cerita di atas, tak ada hal yang tak mungkin, namun untuk itu orang harus memiliki tekad, kemauan, semangat yang kuat serta keberanian untuk menjadi bebas. Karena hanya didalam kebebasan orang dapat belajar dengan benar. Kebebasan akan membuat orang dapat melihat fakta yang ada seperti apa adanya dengan jernih. Jika seseorang masih terikat atau terbungkus dalam kurungan, betapapun indahnya kurungan itu, dia tak'an dapat melihat segala sesuatu dengan jelas, dia tak'an dapat mengarungi luasnya dunia kehidupan.

Sangkar yang indah membuat seseorang berbangga dengan kurungannya dan dia terlena didalamnya. Namun tak pernah menyadari dirinya terjerat dan terbatas. Jika seorang terikat pada satu kepercayaan maka dia akan melihat fakta yang ada sesuai dengan kepercayaannya. Jika seorang pergi ke Gereja, dia akan melihat Kristus dan Bunda Maria, sementara yang ke Kuil akan melihat Dewa Dewi yang gemerlap, yang ke Vihara akan melihat Budhha demikian juga sama halnya dengan yang lainnya, mereka masing-masing melihat sesuai dengan kepercayaannya. Karena kepercayaan telah memberi beban pengaruh kepadanya, sehingga mereka mengalami dan melihat sesuai dengan keterkondisian batinnya. Fakta yang senyata ada, tak ada sangkut-pautnya dengan kepercayaan mereka.

Dapatkah orang melihat fakta ini dengan jelas? Hanya dalam kebebasan orang dapat melihat fakta dengan jelas seperti apa adanya dan dapat menjelajahi, menyelami luas serta dalamnya kehidupan. Melihat seperti ini adalah melihat dari keheningan batin. Hanya batin yang bebas, yang tidak terikat, yang tidak dibeban pengaruhi oleh kepercayaan, paham, doktrin apapun, yang menjadi bebas dan hening.

Lihatlah seluruh kehidupan, bukankah semua agama, organisasi, sekte, kebangsaan, ras, suku bangsa, aliran telah mengkotak-kotakan; menjerat manusia ke dalam kelompok yang saling bertentangan? Yang telah memicu peperangan, permusuhan, kekerasan, dan kebencian.
Semua penderitaan di muka bumi ini berawal disini, dari tindakan batin yang terkondisi, yang mempercayai, yang meyakini, yang telah terindoktrinisasi. Batin seperti ini adalah batin yang keras, kering, sempit, tumpul dan mati. Batin seperti ini tak'an dapat belajar untuk memahami dirinya; tak'an dapat membuka dirinya bagi yang maha luas, yang tak terbatas yaitu Tuhan!
Untuk mengamati orang tak perlu mempercayai. Karena kepercayaan adalah hasil dari batin yang terkondisi. Batin yang terkondisi adalah batin yang ramai, penuh dengan konflik, kecemasan, kebingungan, kesedihan, kekecewaan; yang terlanjur pintar membantah dan menurut, yang selalu menyesuaikan diri, yang mengalisa, merekayasa, yang menghitung untung
dan rugi, penuh tipuan, yang mencari menang dan senang. Batin seperti ini melihat dari refleksi dirinya yang ruwet, sehingga dalam melihat fakta yang sesungguhnya tidak sesuai dengan apa adanya.

Karena itu orang mesti mempertanyakan, mengamati dirinya yaitu seluruh bidang batinnya yang telah terkondisi. Untuk dapat mengamati orang haruslah diam, mencurahkan seluruh perhatian, pikiran dan hatinya. Dengan energi perhatian penuh ini, barangkali dia akan dapat melihat dan memahami masalah dirinya dengan jelas.

Hanya dengan dipahaminya masalah "sang diri", orang akan terbebas; dan hanya dalam
kebebasan ada persepsi yang jernih; dan hanya dalam kejernihan
kemungkinan ada pencerahan; dan orangpun meledak seperti biji kecipir itu!


Dikutip dari www.nable.com

Comments

Popular Posts